I. Identitas
Buku
-
Judul : Ayat – Ayat Cinta (Sebuah Novel
Pembangun Jiwa)
-
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
-
Penerbit : Penerbit Republika dan Pesantren
Basmalah Indonesia
-
Editor :
Anif Sirsaeba A
-
Cetakan :
XLI, Maret 2008 (Edisi Revisi)
-
Tempat Terbit : Jakarta
-
Jumlah Hal : 420 + kover
-
Tebal Buku : 20,5 cm x 13,5 cm
I.
Sinopsis
Novel
ayat – ayat cinta ini mengisahkan tentang seorang laki – laki yang bernama
Fahri yang sedang menempuh kuliah di Al-Azhar. Ketika akan melakukan perjalanan
menuju Masjid Abu Bakar Ash – Shiddiq yang terletak di Shubra El – Kaima ujung
utara kotacairo, maria memanggil fahri dan titip untuk dibelikan disket. Maria
adalah putri sulung tuan boutros rafael Girgi berasal dari keluarga besar
girgis adalah sebuah keluarga kristen koptik yang sangat taat.
Pada
suatu hari, ketika Fahri hendak ke daerah Shubra untuk Talaqqi Qira’ah kepada
seorang syekh yang bernama Syekht Utsman, terjadi suatu peristiwa yang merupakan
awal dari perjalanan cinta fahri. Kejadian itu terjadi di dalam metro.
sebelumnya, kaum mesir sangat tidak menyukai kaum amerika. Mereka menganggap amerika
adalah biangnya kekacauan dan adu domba. Saat itu, fahri bercakap dengan orang
yang baru ia kenal yang bernama asyraf. Beberapa saat kemudian naiklah tiga
orang bule amerika. Satu orang lelaki muda, seorangnya lagi perempuan muda, dan
satunya yang terakhir adalah seorang nenek yang tak lain adalah ibu dari lelaki
tersebut. pakaian kedua perempuan bule tersebut bisa dikatakan sangat tidak
sopan dengan kebudayaan islam mesir. Tempat duduk penuh pada saat itu, oleh
karena itu, ketiganya harus berdiri. Namun sang nenek tidak kuat untuk berdiri
dan anaknya pun meminta kepada seorang penumpang lelaki untuk meberikan
kursinya kepada orang tua tersebut. Namun, penumpang itu tidak menghiraukannya.
Akhirnya, ada perumpuan bercadar yang memberikan kursinya untuk nenek tersebut.
Setelah
kejadian tersebut, wanita bercadar meminta maaf kepada orang-orang amerika
tersebut atas perilaku saudaranya. Namun, sang penumpang tadi marah dan membentak
dengan keras wanita bercadar tersebut. Bahkan asyraf dan seorang penumpang
paruh baya juga ikut membentak sang wanita bercadar. Hampir saja wanita
bercadar itu menangis. Namun, Fahri yang melihat kejadian itu datang melerai pertengkaran.
Akhirnya, orang-orang mesir tersebut pun luluh hatinya dan meminta maaf.
Setelah
kejadian itu, mulailah wanita bercadar berdialog dengan perempuan amerika itu.
Ia menjelaskan apa yang baru saja terjadi dan tentu menceritakan kepahlawanan
fahri, fahri mengetahuinya karena fahri berada dekat dengan mereka. Akhirnya,
tibalah orang-orang amerika tersebut turun dan tak lupa berterima kasih kepada
fahri. Wanita bercadar pun hendak turun dan mengucapkan terima kasih. Fahri
yang mendengarnya langsung menjawab “danke” yang berarti sama-sama karena
mengetahui bahwa wanita bercadar itu lahir dan besar di Jerman lewat
percakapannya dengan bule perempuan tadi. Kemudia mereka berkenalan dan
perempuan tersebut berkata “My Name ist Aisha” kepada fahri.
Namun, Fahri nampaknya tidak bisa lepas dari kisah
percintaan yang dia alami di mesir. Wanita pertama yang ikut bersandiwara dalam
kisah percintaannya adalah maria, gadis kristen koptik yang mengagumi Al Quran
itu adalah tetangga satu flat fahri. Keluarga maria sangat akrab dengan fahri
terutama maria. Kekagumannya terhadap Fahri berubah menjadi cinta. Namun, naora
mengharap lebih. Inilah yang menjadi masalah besar ketika fahri harus mendekam
di penjara lantaran noura menuduh fahri memperkosanya, yang terakhir adalah
aisha. Aisah dialah gadis yang dipilih Fahri untuk menjadi pendamping hidupnya.
Kisah perjumpaannya dengan Aisha dimulai dari pertemuan di Metro sampai
perjodohannya oleh rekannya sendiri juga merupakan paman Aisha, Eqbal. Aisha
jatuh cinta pada Fahri dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Saat
tertimpa musibah fahri dipenjara atas tuduhan dari noura, saat itulah fahri di
uji oleh tuhannya. Namun, musibah itu justru memperkuat imannya dan saat
peristiwa itulah yang melibatkan Maria sebagai saksi kunci fahri yang mengetahui
apa yang sebenarnya terjadi. Maria yang sedang sekarat karena merindukan fahri
tidak bisa hadir dalam persidangan. Hal inilah yang menjadi uji kesetiaan
cintanya pada Aisha karena hanya dengan sentuhan dan ucapan sayang dari fahri,
maria dapat tersadar. fahri pun menikahi maria. Saat itulah maria dapat hadir
dalam persidangan untuk menjadi saksi yang pada akhirnya dapat membebaskan
fahri. Fahri, Aisha, Maria hidup bahagia. Namun ridak lama kemudian tuhan
memiliki kehendak yang lain, penyakit Maria kembali kambuh dan ia pun meninggal
dalam keadaan islam.
II.
Kelemahan
dan Keunggulan Buku
-
Kelemahan
Novel ayat – ayat cinta ini menggunakan
gaya bahasa yang sangat tinggi atau sangat resmi sehingga banyak pembaca yang
tidak mengerti dan mengulang dalam pembacaan agar maksud yang di tulis dalam
novel tersampaikan oleh pembaca.
-
Keunggulan
Novel ayat – ayat cinta ini memiliki
nilai – nilai religi dan nilai sastra yang cukup tinggi, dapat menambah wawasan
bagi pembaca novel tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar