Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
susuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat lahir atau batin atau lahir
batin. Penderitaan bertingkat-tingkat ada yang berat ada yang ringan, namun
peranan individu juga menentukan barat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu
peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan
penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi
untuk bangkit bagi seseorang atau sebagai langkah awal untuk mencapai
kenikmatan dan kebahagiaan.
II. Siksaan
Siksaan dapat
diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan
jiwa atau rokhani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah
penderitaan. Dengan siksaan-siksaan itu Allah akan menganiaya mereka, namun
mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena dosa-dosanya. Siksaan yang
dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak dibaca
diberbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis dihalaman pertama dengan
judul huruf besar, dan kadang-kadang disertai gambar si korban. Banyak sebab yang
menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain :
Claustrophobia dan
Agoraphobia. Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup,
sedangkan Agoraphobia adalah rasa takut yang disebabkan seseorang berada di
tempat terbuka
Gamang merupakan ketakutan
bila seseorang di tampat yang tinggi. Hal itu disebabkan karena ia takut akibat
berada di tempat yang yang tinggi, misalnya seseoarang harus melewati jermbatan
yang sempit, sedangkan dibawahnya air yang mengalir, atau seseoprang takut
meniti dinding tembok dibawahnya.
Kegelapan
merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap. Sebab
dalam pikirannya dalam kegelapan demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti,
misalnya setan, pencuri, orang yang demikian menghendaki agar ruangan tempat
tidur selalu dinyalakan lampu yang terang .
Kesakitan
merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami seseoarng
yang takut diinjeksi, ia sudah berteriak-teriak sebelum jarum injeksi
ditusukkan kedalam tubuhnya,Hal itu disebabkan karena dalam pikirannya semuanya
akan menimbulkan kesakitan
III. Kekalutan Mental
Penderita
kekalutan mental dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental, secara
lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan
akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi
sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar. Gejala-gejala
permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah:
Nampak pada
jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
Nampak pada
kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah
marah.
Sebab-sebab
kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
Kepribadian yang
lemah, akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna, hal-hal
tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara
berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan manghancurkan mentalnya.
Terjadinya konflik
sosial budaya, akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang
ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya;
orang pedesaan yang berat menyesuiakan diri dengan kehidupan kota, orang tua
yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa
jayanya dulu.
Bentuk frustasi
antara lain :
Agresi berupa
kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik
berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan
sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
Regresi adalah
kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil),
misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung, memecah
barang-barang
Fiksasi adalah
peletakan atau pembatasan pada suatu pola yang sama (tetap), misalnya dengan
membisu, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada benda
keras.
Penderita
kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti:
Kota-kota besar
yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat sehingga oarang merasa
dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagaian orang tidak mau tahu
terhadap penderitaan orang lain, akibat egoisme sebagai ciri masyarakat kota.
Anak-anak muda
usia yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau
diidam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya, sehingga
pada orang-orang usia tuapun sering mengalami penderitaan dalam kenyataan
hidupnya akibat norma lama yang dipegang teguh sudah tidak sesuai dengan norma
baru yang berlaku.
Penderitaan maupun
siksaan yang dialami oleh manusia memang merupakan beban berat, sehingga dunia
ini benar-benar merupakan neraka dalam hidupnya. Bagi mereka yang mulai
merasakan tidak mampu lebih lama menderita, biasanya terlontar kata-katanya
lebih baik mati dari pada hidup, dengan pengertian bahwa dengan kematiannya, maka
berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah sebabnya mereka yang terlalu
menderita dan merasa putus asa, lalu mengambil jalan pintas, dengan bunuh diri.
IV. Penderitaan dan Perjuangan
Pembebasan dari
penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah
berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar,
dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan
malapetaka.Manusia hanya merencanakan dan Tuahan yang menentukan. Kelalaian
manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaaan. Penderitaan
yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga
dialami oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian
seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.
V. Penderitaan, Media Massa dan Seniman
Media masa
merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat
dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi
yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan
para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat
menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
VI. Penderitaan dan Sebab-sebabnya
Apabila kita
kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan,
maka penderitaan dapat diperinci sebagai berikut :
Penderitaan yang
timbul karena perbuatan manusia. Penderitaan yang menimpa manusia karena
perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dengan alam
sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat
memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan takdir, kalau takdir Tuhan yang
menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya.
Perbuatan buruk
antara sesama manusia maka manusia lain menderita.
Perbuatan buruk
manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia,
VII. Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami
penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam
dirinya. Sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif
ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia,
sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri, Siakp ini diungkapkan dalam
peribahasa "Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna"
,"nasib sudah menjadi bubur". Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat
timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah
hidup.
Sikap positif
yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian
penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif,
tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti.
Apabila sikap
negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca,
penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilainnya.
Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai
kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah
tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai, keadaan
yang berupa hambatan harus disingkirkan.
SUMBER :
http://taniosutrisno.wordpress.com/
http://dofadroid.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar